Dari : Situs Alfi

Selasa, 13 Mei 2014

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

MAKALAH
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI 



Dosen pembimbing : 

MIMING ISMAIL, MA 





Disusun Oleh : Husni imani 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL AQIDAH AL HASYIMIYYAH
JAKARTA 2014-2015 




Prakata 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi taufik, hidayah, serta inayahnya kepada kita, sehingga kita semua senantiasa masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya termasuk juga dengan penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah komunikasi antar pribadi dengan judul “etika dalam komunikasi antar pribadi” Terimakasih kami ucapkan atas dukungan dan dorongan kepada bapak / ibu dosen pembimbing, beserta teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga menjadi sebuah karya ilmiah yang baik dan benar. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang selalu membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan mengenai dongeng serta seluk beluknya.Dan tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan di sana sini dari makalah yang penulis buat ini.


Jakarta, 08 mei 2014
Husni imani 




Bab I 
PENDAHULUAN 

Dalam kenyataanya, manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari komunikasi. Mulai dari ketika kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi. Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita adalah manusia social yang selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan hal yang penting sampai hal yang tidak penting karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan. Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak. Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi. Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain baik secara kelompok maupun secara personal. Dalam keterlibatannya dalam interaksi antar pribadi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol yang disepakati bersama dimana penggunaan pancaindra yang dimiliki dapat secara maksimal dan saling memberikan umpan balik.



Bab II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN ETIKA

       Etika dalam komunikasi antar pribadi Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Etika dapat dijelaskan dengan membedakan 3 arti, sebagai berikut :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Sedangkan Etika dalam bahasa Yunani Kuno adalah Ethos yaitu kebiasaan, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir.

Ada 2 jenis etika jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yakni :
 • Etika Deskriptif Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis. 

• Etika Normatif Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia,serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek. Aristoteles dalam Bertens (2001) teorinya yang dikenal tentang moral dan etika, digunakan istilah “ethe” yang pengertiannya adalah mengenai baik-buruknya suatu sifat yang dalam bahasa latin kata “ethikos” diterjemahkan menjadi “mores” yang berarti kebiasaan. Istilah itu kemudian berubah, karena selain kata “ethos” yang berarti kualitas suatu sifat, digunakan juga istilah etos yang berarti suatu cara berpikir dan merasakan, suatu cara bertindak dan bertingkah laku yang member cirri khas kepemilikan seseorang terhadap kelompok dan sekaligus merupakan tugas. Istilah yang kedua ini sesuai dengan terjemahannya dalam bahasa latin disebut juga sebagai “moralis” atau adat, kebiasaan. Istilah “moralis” ini kemudian menjadi teknis yang tidak lagi berarti kebiasaan tetapi mengandung makna moral. Sekarang moral selalu dikaitkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma sebagai cara bertindak yang berupa tuntutan yang relatif dan mutlak. Jadi, moral merupakan wacana normatif dalam kajian buruk dan baiknya suatu etika. Etika berbeda dengan Etiket Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata etika (ethics) adalah kata etiket (etiquette). Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan mudahnya dicampuradukan, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Etika di sini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya berkaitan dengan sopan santun. Perbedaan diantara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut :

Perbedaan Etika dan Etiket menurut Bertens (Bertens, 2001) No. Etiket Etika

1 Menyangkut nilai sopan santun sesuatu yang diperlihatkan yang mengandung nilai pada seorang individu di mata individu lainnya misalnya menyalami orang yang lebih tua. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu tindakan, namun etika mencakup pemberian norma terhadap perbuatan itu sendiri yang berlaku mutlak

2 Etiket hanya berlaku di pergaulan. Artinya jika tidak dilihat oleh orang lain berarti tidak berlaku Etika berlaku tidak tergantung pada pergaulan dan ada atau tidaknya orag lain karena cakupannya lebih luas

3 Etiket bersifat relatif. Contohnya bersendawa ketika makan, sebagian membolehkan sementara sebagian lagi menganggap tidak beretiket Etika bersifat jauh lebih absolut dibanding etiket. Contohnya ”larangan membunuh” yang berlaku absolut

4 Etiket hanya memandang manusia dari sisi lahiriah semata Etika menyangkut sisi lahir maupun batin manusia. Secara umum, Etika adalah berarti moral yang menyangkut nilai kehidupan manusia sedangkan Etiket adalah apa yang terlihat di luar. Dalam tata pergaulan etiket adalah sopan santun. Namun, persamaannya terletak pada objek kajiannya yakni manusia. Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”.


Dalam teori ini, Etika memiliki 3 tujuan, yaitu:

• Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan
• Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
• Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan. Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.” ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian—persoalan etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator.

Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat. Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika.
Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas, dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran:
(1) setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas;
(2) karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika tidak relevan; (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingga tak ada jawaban pasti;
(4) menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.

Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya. Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab. Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak?

Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.





KESIMPULAN 

Pemahaman yang berbeda mengenai nilai-nilai etika yang ada membuat setiap orang dapat memiliki penilaian yang berbeda terhadap setia etika komunikasi. Dalam komunikasi antar pribadi penggunaan etika haruslah berhati-hati karena bukanlah tidak mungkin bahwa pemahaman etika kita berbeda dengan komunikan. Kurangnya pemahaman antar sesama dapat memunculkan miss communication yang akan berujung pada timbulnya berbagai macam prasangka dan salah paham. Dalam berbagai macam perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena sebenarnya tidak ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap bentuk komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalam kadarnya masing-masing sesuai dengan konteks, tujuan dan situasi yang ada.






Referensi : 
http://mila-nuraini.blogspot.com/2012/04/etika-dalam-komunikasi-antar-pribadi.html http://borneo-com.blogspot.com/2012/05/etika-komunikasi-antar-pribadi.html

0 komentar: