PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban
Islam pada mulanya dimulai dari zaman Rasulullah. Islam menampilkan
peradaban baru yang esensinya berbeda dengan peradaban sebelumnya. Peradaban
yang ditinggalkan Nabi misalnya peradaban Arab di zaman Jahiliyah. Dengan
demikian, Islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan peradaban.
Peradaban
Islam berkembang sangat maju dalam percaturan peradaban dunia, bahkan jauh
sebelum kebangkitan bangsa Eropa, umat Islam telah maju dengan peradabannya
yang gemilang. Bahkan bangsa-bangsa Eropa tidak mungkin akan bisa menjadi maju,
jika saja tidak belajar dari peradaban Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Peradaban Islam di Baghdad
2.
Peradaban Islam di Kairo (Mesir)
3.
Peradaban Islam di Isfahan (Persia)
4.
Peradaban Islam di Istambul (Turki)
5.
Peradaban Islam di Delhi (India)
6.
Peradaban Islam di Andalus (Spanyol)
7.
Peradaban Islam di Samarkhan dan Bukhara
BAB II
PEMBAHASAN
1Peradaban Islam di Baghdad
Kota
Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-Manshur (754-775 M) pada
tahun 762 M. kota Baghdad terletak di pinggir sungai Tigris. Al-Manshur sangat
cermat dan teliti dalam masalah lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Menurut
cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra
Anusyirwan, raja Persia yang masyhur, dimusim panas.
Dalam
pembangunan kota ini, Khalifah memperkenalkan ahli bangunan yang terdiri dari
arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan
lain-lain. Mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Basrah dan Kufah yang
berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar. Di sekelilingnya
dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok,
digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai
benteng. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Setelah
masa al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya
sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuwan
dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan yang
ingin dituntutnya. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan
Khalifah Harun Ar-Rasyd (786-809 M) dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 M). Dari
kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia.
Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga
keistimewaan kota ini. Kebesarannya tidak terbatas pada negeri Arab, tetapi
meliputi seluruh negeri Islam. Baghdad ketika itu menjadi pusat peradaan dan
kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang
sangat pesat. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah “mati” dihidupkan
kembali dengan di terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-Ma’mun memiliki
perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu
benama Bait al-Hikmah.
Dalam
bidang sastra, kota Baghdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari
orang. Di antara karya sastra yang terkenal ialah Alf Lailah wa Lailah, atau kisah seribu satu malam. Di kota Baghdad
ini, lahir dan muncul para saintis, ulama, filofof, dan sastrawan Islam yang
terkenal, seperti al-Khwarizm (ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu
aljabar, al-Kindi (filosof Arab pertama), al-Razi (filosof, ahli fisika dan
kedokteran), al-Farabi (filosof besar yang dijuluki dengan al-Mu’allim al-Tsani, guru kedua setelah Aristoteles), tiga pendiri
madzhab hukum Islam (Abu Hanifah, Syafi’I, dan Ahmd ibn Hambal), Al-Ghazali
(filosof, teolog, dan sufi besar dalam Islam yang dijuluki dengan Hujjah al-Islam), Abd Al-Qadir Al-Jilani
(pendiri tarekat qadariyah), Ibn Muqaffa’ (sastrawan besar) dan lain-lain.
Dari
orang-orang inilah islam berkembang dan menyebar luar. Banyaknya orang suci
yang dikebumikan di dalam batas dan sekitar tembok kota dan makamnya menjadi
pusat tempat ziarah bagi orang Muslim, menyebabkan kota Baghdad mendapat
julukan Benteng Kesucian. Di sinilah
istirahat Imam Musa Al-Kazhim (Imam ketuju Syi’ah). Di sini pula dimakamkan
Imam Abu Hanifah. Sebagai ibu kota kerajaan, tentu banyak pula yang dikebumikan
di sini para khalifah dan permaisurinya.
Semua
kemegahan, keindahan dan kehebatan kota Baghdad itu sekarang hanya tinggal
kenangan. Semuanya seolah-olah hanyut di bawa arus sungai Tigris, seolah kota
ini dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan tahun
1258 M. Semua bangunan kota, termasuk istana emas tersebut dihancurkan. Pasukan
Mongol itu juga menghancurkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu dan
membakar buku-buku yang terdapat di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini
diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508 M oleh tentara kerajaan
Safawi.
2. Peradaban Islam di Kota Kairo (Mesir)
Kota
yang terletak di tepi Sungai Nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu
pada masa Dinasti Fatimiah, di masa Shalah Al-Din Al-Ayyubi, dan di bawah
Baybars dan Al-Nashir pada masa Dinasti Mamalik. Dinasti Fathimiyah adalah
satu- satunya Dinasti Syi’ah dalam islam.
Dalam
periode yang kedua dari pemerintahan Abbasiyah, berdiri dinasti Tuluniyah di
Mesir (254-292/ 868-905) yang merupakan wilayah otonom dari Baghdad. Pendirinya
adalah Ahmad ibn Tulun yang berasal dari Turki. Pada mulanya ia datang ke Mesir
sebagai wakil gubernur Abbasiyah, kemudian menjadi gubernur yang berkuasa
hingga Palestina dan Syiria. Karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan
Abbasiyah yang menyebabkab daerah tidak terindahkan, maka menguatlah dinasti
yang berbasis di Lembah Sungai Nill. Kejayaan dinasti ini terjadi pada masa
putra Ahmad yang bernama Al- Khumarawayh yang mendapatkan wilayah Mesir,
Syiria, dan Gunung Taurus serta wilayah Aljazirah.
Pada
Dinasti Tuluniyah, Mesir mengalami kemajuan terutama di bidang militer dan
pasukan perang yang dapat menaklukan Syiria, Palestina, Barquq, Mosul, Yaman,
dan Hijaz. Di bangunlah Masjid Ibn Tulun yang terkenal hingga sekarang dan
markas militer Al- Qathai untuk menampung pasukannya yang tidak tertampung di
Masjid ‘Amr ibn Ash, penakluk dan gubernur pertama Mesir. Masjid
tersebut juga masih berdiri tegak sampai kini di pinggiran Kota Kairo.
Dinasti
Ikhsyidiyah (323-358 H/ 935-966 M) yang didirikan oleh Muhammad Ibn Tugj yang
berasal dari Turki. Beliau menjadi gubernur Mesir sebagai hadiah dari Abbasiyah
setelah dapat mempertahankan wilayah Nill dari serangan Kaum Fathimiyah. Namun
serangan yang bertubi-tubi dari Dinasti Fathimiyah menyebabkan tidak lama
memegang kekuasaan di Mesir dan akhirnya menyerah kalah di bawah Panglima
Jauhar As- Saqili.
Bentuk
kota Kairo ini hampir merupakan segi empat. Di sekelilingnya dibangun
pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui
peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari Masjid Ibn Thulun sampai
ke Qal’at Al- Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi Sungai
Nill.
Setelah
pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, As-Saqili mendirikan
Masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H/970 M. Masjid ini berkembang menjadi sebuah
universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar
diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad SAW dan istri
‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
Dalam
pemerintahannya Al-Mu’iz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu
pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi
beragama. Dalam bidang administrasi, beliau mengangkat seorang wazir untuk
melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, beliau memberi gaji
khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya.
Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk
Madzhad Syi’ah dan dua untuk Madzhab Sunni.
Pada
masa Al-Aziz menggunakan program baru dengan mendirikan masjid- masjid, istana,
jembatan, dan kanal- kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Bianrillah,
terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus menemukan pendulum dan ukuran
waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij Al-Akbar Al-Hakimi diterjemahkan ke
berbagi bahasa. Beliau meninggal pada tahun 1009 M kemudian penemuan-
penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang
astronom dan ahli optika, yang tersebut terakhir ini menemukan
Dinasti
Fathimiyah dapat ditumbangkan Dinasti Ayyubiyah yang didirikan Al-Ayyubi,
seorang pahlawan dalam Perang Salib. Beliau tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah, tetapi mengubah
orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlussunnah.Beliau juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah
baru, terutama masjid yang di lengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum.
Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah
kamus-kamus biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan
komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit.
Prestasinya yang lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang
cacat fikiran.
Kekuasaan
Dinasti Ayyubiyah di Mesir diambil alih oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu
mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan Mongol dan mengalahkan Tentara
Mongol itu di Ayn Jalut dibawah pimpinan Baybars. Hal yang dilakukan Baybars
yaitu memugar bangunan- bangunan kota, merenovasi Al- Azhar dan pada tahun 1261
M mengundang keturunan dari Abbasiyah untuk melanjutkan khilafahnya di Kairo.
Dengan demikian prestise kota ini semakin menanjak. Banyak bangunan yang
didirikan dengan rarsitektur yang indah-indah pada masanya dan masa-masa
kekuasaan Dinasti Mamalik berikutnya. Kejayaan Dinasti Mamalik memang
berlangsung agak lama. Pada tahun 1517 M, dinasti ini dikalahkan oleh
Kerajaan Utsmani yang berpusat di Turki dan sejak itu Kairo hanya menjadi ibu
kota provinsi dari Kerajaan Ustmani tersebut.
Pada
waktu itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban Islam yang terpenting, di
karenakan kota ini selamat dari serangan Mongol yang di pimpin oleh Panglima
Jauhar As-Saqili.
3. Peradaban Islam di Kota Isfahan
Isfahan
adalah kota terkenl di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi. Kota
ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu Jayy, tempat berdirinya
Syhrastan kemudian, dan Yahudiyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau
Yazdajir I atas anjuran istrinya yang beragama Yahudi. Ada beberapa pendapat
tentang kapan kota ini ditaklukan oleh tentara Islam. Pendapat pertama
mengatakan penaklukan itu terjadi pada tahun 19 H (640 M), dibawah pimpinan
Abdullah ibn ‘Atban atas perintah Umar ibn Al-Khattab untuk menalkukan kota
Jayy yang merupakan salah satu ibu kota provinsi Persia waktu itu.
kota
ini menjadi kota penting sebagai ibu kota provinsi dan pusat industri dan
perdagangan. Kota ini berbentuk bundar, pintunya ada empat dengan menara
pengontrol sebanyak seratus buah. Ardashir, raja persia, pernah membangun
irigasi untuk pengaturan air dari sungai Zandah, bernama Zirrin Rod,
berarti sungai emas. Hingga sekarang, perekonomian negeri ini sangat tergantung
kepada pertanian kapas, candu, dan tembkau.
Kota
ini, sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Safawi, sudah beberapa kali
mengalami pergantian penguasa, Dinasti Samani tahun 301 H/913 M, kemudian
direbut Mardawij tahun 316 H/928 M dan memerdekakan diri dari kekuasaan
Baghdad. Setelah itu jatuh ke tangan kekuasaan Bani Buwaih dan pada tahun
421 H/1030 M direbut oleh Mahmud Al-Ghznawi, penguasa Dinasti Ghaznawiah.
Dari penguasa Ghaznawi ini, Isfahan lepas ke tangan penguasa Seljuk dan
dijadikan sebagai tempt tinggal Sultan Maliksyah. Di awal abad ke-6 H/ 12 M, di
kota ini Syi’ah Ismailiah banyak memperoleh pengikut. Pada tahun 625 H/ 1228 M
terjadi pertempuran besar di sini, ketika tentara Mongol datang menyerbu
negeri-negeri islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari
wilayah kekuasaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri islam
kota ini ikut jatuh ke tangannya Tahun 790 H/ 1388 M dan 7000 penduduk
terbunuh. Setelah itu kota ini dikuasai oleh Kerajaan Usmani tahun 955 H/1548 M,
dan pada taahun 1134 H/ 1721 M, terjadi pertempuran antara Husein Syah, raj
Safawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Safawi
sendiri. Pada tahun 1141 H/1729 M, kota ini berada di bawah kekuasaan Nadzir
Syah.
Kota
ini, ketika berada di bawah kekuasaan kerjn Safawi di kelilingi oleh tembok
yang terbuat dari tanah dengan delapan buah pintu. Di dalam kota banyak berdiri
bangunan, seperti seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara,
pasar, dan rumah-rumah yang indah, terukir rapi dengan warna-warna yang
menarik. Masjid Syah yang masih ada sampai sekarang yang didirikan oleh Abbas
I, merupakan salah satu masjid terindah di dunia. Pintunya dilapisi dengan
perak. Di samping itu juga ada lapangan dan tanaman yang terawat baik dan
menawan.
Kerajaan
Safawi berdiri di saat Kerajaaan Utsmani di Turki mencapai puncak kejyanya.
Kerajaan Safawi berasal dari gerakan tharikat di Ardabil sebuah kota di
Azerbeijan (wilayah Rusia) yang berdiri hampir bersamaan dengan Kerajaan Usmani
di Turki. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (q252-1334
M). Kerajaan Safawiyah menganut ajaran Syi’ah dan di tetapkan sebagai madzhab
negaranya. Safi Al-Din keturunan dari Imam Syi’ah yang ke enam Mus
Al-Kazim. Karena alim dan sifat zuhudnya maka Safi Al-Din diambil menantu oleh
gurunya yang bernama Syekh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang di
kenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini
berkembang pesat di Persia, Syiria, Asia kecil,
Masa
kemajuan Kerajaan Safawi di Persia dalam bidang ekonomi, yaitu telah di
kuasainya Kepulauan Hurmuz dan Pelabuhan Gumrun yang telah di ubah
menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas I. Maka salah satu jalur dagang yang
menghubungkan antara timur dan barat sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.
Di samping sektor perdagangan kerajaan Safawi jug mengalami kemajuan di sektor
pertanian terutam di diaerah Bulan Sabit Subur (fortille crescent).
Dalam
bidang ilmu pengetahuan sejarah Islam bangsa Pesia di anggap berjasa besar dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidaklah mengherankan apabila kondisi
tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuwan seperti, Baha Al-Din
Asy-Syaerozi, Sadar Al-Din Asy-Syaerozi, Muhammad Al-Baqir Al-Din ibn Muhammad
Damad, masing-masing ilmuwan di bidang filsafat, sejarah, teolog, dan ilmu
umum.
Kemajuan
seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah ibu kota ini, seperti masjid, sekolah, rumah sakit, kebun wisata,
jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan Istana Chihilsutun.
4. Peradaban Islam di Kota Istambul
Kota
Istambul adalah ibu kota Kerajaan Turki Usmani. Kota ini awalnya merupakan ibu
kota Kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel
sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama
Konstantinopel oleh Kaisar Romawi Timur, Kaisar Constantin.
Pada
tahun 395 M, Kerajaan Romawi pecah menjadi dua, Romawi Timur dan Romawi Barat.
Romawi Barat yang beribu kota di Roma (Italia) sedangkan Romawi Timur beribu
kota di Konstantinopel.
Konstantinopel
jatuh ke tangan umat islam pada masa Dinasti Turki Usmani di bawah pimpinan
Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih tahun 1453, dan
dijadikan ibu kota Kerajaan Turki Usmani. Bahkan jauh sebelum Sultn Muhammad
Al-Fatih dapat menguasai Konstantinopel, para penguasa islam sudah sejak zaman
Khulafaur Rasyidin, kemudian Khalifah Bani Umayyah, dan Khalifah Bani
Abbasiyyah berusaha untuk menaklukan kota Konstantinopel, namun baru pada masa
Kerajaan Turki Usmani usaha itu dapat berhasil.
Oleh
Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya kota Constantin,
yang diubah namaya menjadi Istambul yang artinya kota islam. Wilayah
kekuasaannya meliputi wilayah Eropa timur, Asia kecil, dan Afrika Utara. Bahkan
kekuasaan Istambul juga diakui oleh daerah-daerah Islam.
Sebagai
ibu kota, di sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan
perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil
ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal dari Asia
Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain.
Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium banyak
mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka
berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk
islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu,
prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf
resmikerajan. Kekuasaan tertinggo memang berada di tangan Sultan, tetapi roda
pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang
berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri,
seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat
menyatakan diri secara formal masuk islam.
5. Pusat Peradaban Islam di Delhi (India)
Wilayah
Asia Selatan (dahulu bernama India) sudah terdapat dua golongan besar yang
berbeda kepercayaan. Yaitu, Dravida mempercayai agama secara abstrak dan Aria
mempercayai agama secara nyata, sehingga terjadilah pertentangan-pertentangan
kepercayaan. Akibatnya, bangsa Dravida menjadi lemah dan ada yang ikut menganut
kepecayaan mereka. Bangsa Aria yang lebih kuat memaksa bangsa Dravida untuk
menganut kepercayaan mereka. Kemudian, kepercayaan ini berkembang menjadi agama
Brahmana (Hindu) yang melahirkan adanya kasta-kasta, yaitu kasta Brahmana,
kasta Ksatriya, Kasta Waisa dan Kasta Sudra.
Awal masuk
Islam di india dibagi dalam beberapa periode, diantaranya :
1)
Periode Nabi Muhammad SAW
Pada
masa Nabi, banyak orang dari suku jat (india) menetap di Arab. Dan salah
satunya menyembuhkan Aisyah, Istri Rasulullah. Rasulullah telah mengetahui
tentang daerah india dari para pedagang yang telah lama berhubungan dagang
dengan daerah tersebut. Pada tahun 630-631 M. Nabi mulai berhubungan dengan
luar dengan cara mengirim utusan dan menerima kunjungan baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Tidak begitu banyak informasi yang dapat diketahui
tentang india pada periode ini.
2)
Periode Khulafaur Rhasyidin dan Bani Umayyah
Pada
Masa Khulafaur Rhasyidin, beberapa ekspedisi ke India melalui laut tidak
berhasil karena tenggelamnya armada, disamping tentara Arab kurang ahli di
laut. Invasi melalui laut selanjutnya dilarang oleh Umar Ibn Khattab. Pada
tahun 643-644 M tentara Arab berhasil menguasai kirman, Sizistan sampai Mekran.
Selanjutnya Pada masa Muawiyyah Ibn Abu Sofyan, Dinasti Umayah, tentara Islam
hanya sampai Kabul, Ibu kota Afghanistan sekarang.
3)
Periode Dinasti Ghazni
Meskipun
masih dalam abad pertama dari hijrah Nabi, tanah-tanah Sind telah menjadi
wilayah kerajaan islam, dan telah berganti-ganti pemerintahan yang
menguasainya, dan telah tersebar ke muslim yang menetap di negeri yang luas
itu, namun bagian terbesar dari tanah india belum takluk di bawah pemerintahan
Islam. Raja-raja masih memerintah dengan kuat di beberapa negeri yang besar,
dan alam Hindu masih kuat dengan Kuil-kuil Pagoda, meskipun dia telah
bertetangga dengan negeri-negeri Islam. Pergerakan penaklukan dilanjutkan
dengan semangat dan tenaga baru pada abad ke-10 M, oleh bangsa Turki yang
datang ke india dari balik perbukitan Afghan.
Pada
permulaan paruh kedua abad X M, 961-962 M berdiri dinasti Ghazni yang terkenal
karena gagah berani dan perkasa berperang. Mulanya kerajaan ini hanya sebuah
kerajaan kecil dalam wilayah kerajaan bani Saman dan nama pendirinya adalah
Alptgin.
Tokoh
yang terkenal dalam dinasti Gazni adalah sultan Mahmud. Pengakuan dari khalifah
Bagdad al-Qadir Billah dengan memberi gelar Yamin Al Daulah (tangan
kanan kerajaan) dan Amin al Milah (orang kepercayaan agama) kepadanya.
4)
Dinasti Ghuri
Kerajaan
Ghur terletak didaerah perbukitan antara Ghazni dan Herat. Daerah ini di
taklukkan Sultan Mahmud pada tahun 1010 M. Sejak saat itu daerah ini menjadi
sebuah provinsi yang menjadi bagian dari kesultanan Ghazni. Orang-orang Ghuri
telah berjuang dan melayani setia di bawah bendera sultan Mahmud. Tetapi selama
kekuasaan para penggantinya, mereka menunjukkan sikap kurang perhatian dalam
hal loyalitas terhadap terhadap sultan Ghaznawi.
Semenanjung
Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang
ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit
dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit tua menyebut selat sempit itu dengan
tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa.
Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan
atlantik.[1]
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M,
didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan
Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada
masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol
diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas
Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah
Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah
itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa
bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah
kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan
penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di
pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji akan
membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
6. Peradaban Islam di Andalus
Dalam proses
penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan Islam yang memimpin pasukan kesana yakni
Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai
perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad.
Ia yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta (Jabal
Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M,
mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah
7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan
tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada
akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja
Foderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada,
Toledo dan hingga akhirnya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Kemenangan-kemenangan Islam terlihat nampak begitu mudah. Tentu hal ini
didorong oleh faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam
yang kuat, kompak dan penuh percaya diri dan juga didorong oleh faktor-faktor
yang menguntungkan Islam yakni kondisi sosial, politik dan ekonomi Spanyol yang
buruk pada waktu itu.
Andalusia,
sebuah negeri yang meninggalkan jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat
Islam pada awal perkembangan Islam di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak
perhatian besar dari berbagai khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena
penguasaan Islam terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah
menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari
tahapan awal proses masuknya Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh
khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap
periodenya. Tentu, hal ini banyak memiliki peranan yang sangat penting dan
besar dalam perkembangan umat Islam. Dimana pada akhirnya Islam pernah
berjaya di Spanyol dan berkuasa selama tujuh setengah abad. Suatu masa
kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam.
Namun, di balik
usaha keras umat Islam mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad itu, umat
Islam menghadapi kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat
Islam diterpa serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat Islam
tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat itu.
Sehingga pada akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol.
Demikianlah
Islam di Andalusia, walaupun pada akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun
islam muncul sebagai suatu kekuatan budaya dan sekaligus menghasilkan
cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam dan jenisnya. Banyak sekali
kontribusi Islam bagi kebangunan peradaban dan kebudayaan baru Barat. Sumbangan
Islam itu telah menjadi dasar kemajuan Barat terutama dalam bidang-bidang
politik, ekonomi, sains dan teknologi, astronomi, filsafat, kedokteran, sastra,
sejarah dan hukum.
7. Peradaban Islam di Samarkhan dan Bukhara (Transxania)
Peradaban
islam di Samarkhan
Tahun
323 M, kota Samarkand menjadi bagian dari kekuasaan yang berpusat di Bactaria.
Setelah itu, di sana berdiri kerajaan Graeco Bactrion (Bactria Yunani) pada
masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara
samarkand dengan persia terputus, meskipun hubungan dalam budaya terus
berlanjut.
Sebelum
kedatangan Islam ke daerah tersebut, masyarakat masih memeluk agama Saman,
yaitu agama nenek moyang mereka dan agama Budha. Pada masa pemerintahan
Khalifah Ustman bin Affan, usaha penyebaran islam antara lain oleh Ahnaf bin
Qays salah seorang panglima Arab, menuju ke daerah tepian sungai Jihun pada
tahun 30 H.Kemudian pada masa Yazid bin Abi Sufyan dari Dinasti Umayyah, banyak
melakukan serangan ke beberapa daerah di Turkistan bagian selatan. Di bawah
pimpinan Said bin Utsman, tentara islam menyebrangi sungai Jihun, dan memasuki
wilayah Uzbekistan . Dalam penaklukan itu, kota Biekand, yaitu sebuah kota yang
terletak di antara Bukhara dan sungai Jihun, dapat dikuasai dengan cara
perdamaian. Selanjutnya tentara islam mulai memasuki kota Samarkand pada tahun
55 H. Setelah beberapa lama, Bukhara melanggar perjanjian, sehingga tentara
islam harus menaklukkan kembali kota tersebut.
Setelah
Qutaibah bin Muslim Al Bahily berhasil menaklukkan Khurasan tahun 88 H, Bukhara
tahun 90 H/709 M da Farghana tahun 96 H/ 725 M berhasil juga ditaklukkan mulai
saat iulah agama islam tersebar ke wilayah Rusia. Sebagai pusat kegiatan
dakwah, Qutaibah membangun sebuah masjid di Bukhara tahun 94 H (713 M).
kemudian pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Azis beberapa raja dan
pemimpin masyarakat di wilayah Uzbekistan menyatakan diri sebagai pemeluk Islam
dan akan selalu menaati segala peraturan yang ditetapkan oleh pemerintahan Islam
di Pusat, yaitu Damaskus. Masuknya para pemimpin dan tokoh masyarakat di
Uzbekistan dan beberapa penguasa lainnya di Sajistan, Balkh , Bukhara dan
Samarkand menjadikan istilah mulai berkembang dan dianut masyarakat Rusia.
Terdapat empat orang pahlawan yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi
wilayah Transoxania di Rusia, yaitu Muslim bin Ziyad bin Abi Sofyan, Muhlab bin
Abi Shafrah, Yazid bin Muhalab, dan Qutaibah bin Muslim Al Bahily.
Samasrkhan
adalah kota kedua terbesar dan ibu kota pertama di Republik Uzbekistan.
Samarkhan berada di sebelah sungai as-Saghad. Kota ini terdiri dari tiga bagian
benteng yang terleletak di bagian selatan kota. Di dalamnya terdapat
taman-taman yang indah. Kota ini dikelilingi oleh parit dan mempunyai empat
pintu gerbang yaitu di Timur Bab as-Sin, sebagai suatu kenangan akan hubungan
lama antara kota Samarkhan dan Cina dalam perdagangan kulit, di Utara Bab
Bukhara, pintu yang menghadap kota Bukhara, di Barat Bab an-Nawbahar, dan
diselatan Bab al-Kabir.
Pada
tahun 202 H/819 M. Al Makmun, Kholifah dari dinasti Bani Abbasiyyah yang
berpusat di Baghdad, menyerahkan urusan pemerintahan negeri Transoxania
(Samarkhan dan Bukhoro) kepada Ibn Saman. Sejak itu kedua kota berada dibawah
kekuasaan Dinasti Samaniyyah.
Penghasilan
utama kota Samarkhan adalah kertas. Pabrik kertas ini di pindahkan dari cina.
disini juga terdapat makam Qosim ibnu Abbas yang dipandang sebagai pembawa
agama Islam ke negri ini, dan juga makam abu Mansur al Maturidi.
Pusat
peradaban Islam di Bukhara
Kehidupan penduduk
Bukhara mulai berubah ketika tentara Islam datang membawa dakwah. Pada akhir
672 M, Ziyad bin Abihi menugaskan Miqdam Rabi bin Haris berlayar dari Irak
menuju daerah Khurasan. Miqdam berhasil menaklukkan wilayah itu sampai ke Iran
Timur. Setelah Ziyad meninggal, Muawiyah, khalifah Bani Umayyah, memerintahkan
Ubaidillah bin Ziyad untuk menaklukkan Bukhara. Pasukan tentara Islam pertama
kali menjejakkan kaki di tanah Bukhara pada 674 M di bawah pimpinan panglima
perang Ubaidillah bin Ziyad. Namun, pengaruh Islam benar-benar mulai
mendominasi wilayah itu pada 710 M di bawah kepemimpinan Kutaiba bin Muslim.
Seabad setelah terjadinya Perang Talas, Islam mulai mengakar di Bukhara.
Tepat pada
850 M. Bukhara telah menjadi ibu kota Dinasti Samanid. Dinasti itu membawa dan
menghidupkan kembali bahasa dan budaya Iran ke wilayah itu. Ketika Dinasti
Samanid berkuasa, selama 150 tahun Bukhara tak hanya menjadi pusat
pemerintahan, namun juga sentra perdagangan.
Bukhara
adalah salah satu diantara beberapa daerah yang dikenal dengan sebutan ma
wara an-nahr yaitu daerah yang terletak disekitar sungai jihun di
Uzbekistan, asia tengah. Buku-buku geografi lama menganggap Bukhara sebagai
kota yang paling besar diantara kota-kota yang ada dalam kekuasaan umat islam.
Bukhara tidak saja terkenal keindahannya,juga merupakan pusat perdagangan yang
mempertemukan pedagang-pedagang cina dengan asia barat.
Selain
itu, karena berada di sekitar Sungai Jihun, tanah Bukhara pun dikenal sangat
subur. Buah-buahan pun melimpah. Kota Bukhara terkenal dengan buah-buahan
seperti Barkouk Bukhara yang terkenal hampir seribu tahun. Geliat bisnis dan
perekonomian pun tumbuh pesat. Tak heran bila kemudian nama Bukhara makin
populer.
Bukhara
adalah terkenal dengan perdagangan dan industri tenun. Disini juga terdapat
makam Baha ‘Uddin An-Naqsaband wafat pada abad ke-8 H/14 M. Disini ada ulama ahli hadis
terkenal yaitu imam bukhari. Yang menulis kitab shahih bukhari.
BAB III
KESIMPULAN
Peradaban-peradaban
islam yang telah di alami di daerah Baghdad, Kairo, Isfahan, Istambul, Delhi,
Cordova, Granada, Samarkhan dan Bhukara memiliki kontribusi besar dalam
berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu pengetahuan, politik dan
pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu
ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah,
serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu
Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn
Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di
Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam
bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Peradaban
Islam dalam bidang ekonomi di Kota Isfahan dengan di kuasainya Kepulauan
Hurmuz dan Pelabuhan Gumrun dan diubah menjadi Bandar Abbas yang menjadi salah
satu jalur dagang yang menghubungkan antara timur dan barat. Peradaban dalam
bidang arsitektur di Kota Istambul dengan pembangunan masjid, Gereja Ayashopia
yang diubah menjadi masjid Agung terpenting di Istambul dengan menutup gambar
makhluk hidup sebelumnya, mendirikan mihrab yang dindingnya dihiasi dengan
kaligrafi indah dan menara-menara, Masjid Agung Al-Muhammady, Masjid Abu Ayyub
Al-Anshory sebagai tempat pelantikan para Sultan Usmani, Masjid Bayazid dengan
gaya Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni
Kota-kota
seperti itu dapat menjadi Pusat peradaban Islam karena banyak faktor yang
menunjang misalnya di Delhi, selain letaknya di pinggir sungai Janma yang notabene
adalah daerah transit juga kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang menunjangnya.
Begitu juga di Cordova menjadi target menuntut ilmu setelah adanya Universitas
Cordova. Lain halnya di Samarkhan dan Bhukara, selain kemahiran dalam sistem
penataan kota, Samarkhan adalah penghasil kertas sedangkan Bukhara adalah pusat
industri tenun.
Demikianlah
makalah yang dapat saya buat, sebagai manusia biasa kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar